Ketika mendengar istilah computational thinking, sebagian orang mungkin langsung berpikir tentang pemrograman. Sebenarnya, Computational Thinking atau teknik berpikir komputasi bukan hanya tentang pemrograman. Ini adalah pendekatan pemecahan masalah yang banyak digunakan lintas bidang, mulai dari sains, teknologi, bisnis, pendidikan, kesehatan, hingga ilmu sosial. Ada empat teknik berpikir komputasi, termasuk dekomposisi, pengenalan pola, abstraksi, dan algoritma. Yuk, kita bahas bersama!
Pemikiran komputasi telah menjadi trending topik dalam penelitian tentang pendidikan dan praktik pengajaran sejak beberapa dekade terakhir. Dalam laporan Google for Education berjudul Future of the Classroom, tim peneliti Google telah mengidentifikasi computational thinking sebagai salah satu dari 8 tren yang muncul dalam pendidikan K-12. Pendidikan K-12 merupakan sistem pendidikan di beberapa negara termasuk Amerika yang setara dengan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di Indonesia.
Dalam laporannya, tim riset Google menyatakan bahwa 92% pekerjaan di masa depan membutuhkan keterampilan digital dan 45% dari pekerjaan tersebut membutuhkan kandidat yang dapat bekerja dengan baik menggunakan teknologi dan sistem digital. Selain itu, pekerjaan yang berkaitan dengan Science, Technology, Engineering, Math (STEM) telah tumbuh sebesar 79% sejak tahun 1990 dan diperkirakan akan terus meningkat di masa mendatang. Untuk menjawab tantangan ini, berbagai negara telah memasukkan pemikiran komputasi ke dalam kurikulum untuk mengajar siswa di sekolah.
Lalu, apa sebenarnya keterampilan berpikir komputasional itu? Mengapa sangat dibutuhkan sehingga disebut keterampilan literasi abad 21 yang baru? Simak penjelasan berikut ini!
Pengertian Computational Thinking
Computational Thinking atau teknik berpikir komputasi adalah pendekatan pemecahan masalah yang memanfaatkan ide dan konsep ilmu komputer. Ini adalah proses pemikiran yang merepresentasikan masalah dan solusi sebagai langkah komputasi.
Secara sederhananya, computational thinking adalah aktivitas yang menggunakan konsep ilmu komputer untuk merumuskan masalah dan mendapatkan solusi. Solusi tersebut nantinya dapat dieksekusi baik oleh manusia maupun komputer. Memahami teknik berpikir komputasi akan memberi kita landasan untuk memecahkan masalah yang merupakan salah satu keterampilan penting dalam menghadapi tantangan di era digital ini.
Pada tahun 2006, Jeanette M. Wing menulis sebuah artikel yang menyoroti computational thinking sebagai metode dan keterampilan universal yang dapat digunakan oleh semua orang. Wing memiliki visi bahwa setiap orang (tidak hanya mereka yang bekerja di bidang ilmu komputer), dapat memperoleh manfaat dari berpikir secara komputasional.
Studi Kasus Computational Thinking
Untuk lebih memahami tahapan penyelesaian masalah dengan pemikiran komputasi, mari kita bahas dengan contoh studi kasus. Mari kita mulai studi kasus ini dengan masalah-masalah yang mungkin sering kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Bayangkan kita adalah lulusan baru yang sedang mencari pekerjaan. Kita telah mengirimkan lamaran ke beberapa perusahaan dan sedang menunggu panggilan wawancara. Di sore yang gerimis, di teras depan rumahmu di Jogja, kamu bersantai sambil menikmati es kopi susu dan kue bolu buatan ibumu. Tiba-tiba, dua email masuk pada waktu yang hampir bersamaan. Keduanya mengumumkan panggilan wawancara pada hari yang sama, lusa, di Jakarta. Hanya waktunya yang berbeda, satu wawancara di pagi hari, yang lain di sore hari. Apa yang akan kamu lakukan?
Mari kita pecahkan masalah ini dengan tahapan pemikiran komputasional.
Ada empat tahapan pemecahan masalah dengan teknik berpikir komputasi, yaitu
- decomposition (memecah masalah menjadi bagian-bagian kecil dan sederhana)
- pattern recognition (pengenalan pola)
- abstraction (identifikasi data dan informasi)
- algorithm (pengembangan langkah-langkah solusi).
Hal yang perlu diingat saat menyelesaikan masalah dengan computational thinking adalah kita tidak harus melalui semua tahapan. Misalnya, jika masalah yang kita hadapi tidak terlalu rumit, kita bisa melewati tahap decomposition.
Sebelum memulai, mari kita tentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, tentunya kita ingin bisa menghadiri kedua sesi wawancara di Jakarta tepat waktu.
Decomposition
Pada tahap ini, kita akan memecah masalah kompleks menjadi bagian-bagian kecil yang lebih sederhana. Jika kita memperhatikan dengan seksama, kita memiliki dua masalah. Pertama, mengenai jarak atau lokasi dari Jogja ke Jakarta. Kedua, mengenai waktu wawancara di kedua perusahaan pada hari yang sama.
Untuk masalah pertama, kita bisa memulainya dengan menentukan moda transportasi apa yang akan kita gunakan menuju Jakarta. Misalnya, kita akan menggunakan kereta api dengan pertimbangan kenyamanan dan biaya yang lebih terjangkau.
Kemudian, tahapan perjalanan dari Jogja ke Jakarta juga bisa kita jabarkan kurang lebih dengan membaginya menjadi berikut ini.
Lalu untuk masalah kedua, karena perbedaan waktu antara kedua wawancara cukup lama dan kebetulan kantornya berdekatan, kita merasa masih bisa mengikuti keduanya. Jadi ini bukan masalah yang rumit.
Pattern Recognition
Pada tahap ini, kita akan mencari pola atau kesamaan dalam masalah yang sedang kita alami. Menemukan pola akan membuat solusi lebih mudah dikerjakan, terutama jika polanya berulang. Misalnya, kita dapat mengidentifikasi bahwa kita dapat melakukan perjalanan dari rumah kita ke Stasiun Tugu Jogja, dari Stasiun Gambir ke kantor 1, dan dari kantor 1 ke kantor 2 dapat kita ambil menggunakan moda transportasi ojek online.
Data Representation & Abstraction
Pada tahap ini, kita akan menggeneralisasi dan mengidentifikasi data atau informasi. Dengan cara ini, kita dapat melihat informasi penting dan mengabaikan informasi yang kurang relevan. Misalnya pada tahap ini, kita akan mengidentifikasi kapan jadwal keberangkatan KA dari Jogja ke Jakarta, lalu menentukan mana yang cocok dengan jadwal wawancara.
Algorithm
Setelah ketiga tahapan tersebut dilalui, barulah kita dapat menentukan langkah apa saja yang harus dilakukan agar tiba di Jakarta tepat waktu. Misalnya, kita perlu menentukan jalur perjalanan seperti berikut ini.
Bagaimana, seru kan?
Sampai di sini, kita sudah tahu bagaimana menerapkan pemikiran komputasional untuk menyelesaikan masalah pada studi kasus di atas. Di era digital, penyelesaian masalah dengan teknik berpikir komputasional tentunya sangat dibutuhkan. Ini akan membantu kita menemukan solusi untuk berbagai masalah, bahkan yang rumit sekalipun.
Namun, pemikiran komputasi tidak hanya dapat digunakan untuk masalah kompleks atau masalah yang berakhir dengan pemrograman. Kita juga bisa menerapkannya pada masalah yang kita hadapi sehari-hari. Jadi kita tidak perlu menjadi ilmuwan komputer untuk berpikir seperti itu!
About us and this blog
We are a digital marketing company with a focus on helping our customers achieve great results across several key areas.
Request a free quote
We offer professional SEO services that help websites increase their organic search score drastically in order to compete for the highest rankings even when it comes to highly competitive keywords.
Subscribe to our newsletter!
More from our blog
See all postsRecent Posts
- Mengapa UMKM Membutuhkan Website? July 5, 2024
- Bagaimana memilih bahasa pemrograman yang tepat untuk membuat sebuah aplikasi? June 13, 2024
- Pilih Google Ads atau FB Ads untuk Produk Sepatu Unik? June 13, 2024